Historical Tracking Melalui Karya Siswa

oleh Muhchamad Haris Tarmidi

Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation & Guru SDN 1 Puguh, Kab. Kendal

Muatan pembelajaran sosial khususnya sejarah telah dipelajari semenjak di Sekolah Dasar. Tipe mata pelajaran ini memang bersifat hafalan. Sehingga acapkali dianggap momok yang membosankan dan dianggap hanya menjadi beban ingatan.

Karenanya perlu hal-hal khusus yang bisa menyelaraskan antara konsep pembelajaran IPS yang bersifat hafalan, namun bisa tetap mengakomodir pembelajaran yang membuat siswa mengalami sendiri konsep IPS tersebut. Lebih dari itu, juga mampu memancing daya tarik siswa.

Peserta didik perlu diberi aktivitas produktif, sehingga ketika mereka melakukan Historical Tracking atau pelacakan sejarah akan materi yang dipelajarinya aktivitas yang di dapat lebih dari sekedar hafalan semata.

Kreatifitas Karya Siswa

Aktivitas produktif tersebut semisal bisa berupa pembuatan garis waktu dengan desain sesuai keinginan siswa. Karena kegiatan ini dalam rangka Historical Tracking, penting sekali untuk tetap mempertahankan hal-hal yang memang harus tetap diketahui dan dipahami siswa. Semisal adalah tahun dan kejadian yang mendasari suatu peristiwa.

Sebagai contoh pada materi ASEAN di kelas VI jenjang Sekolah Dasar. Setelah guru memberikan penjelasan mengenai hal yang dianggap diperlukan, maka kemudian berlanjut dengan menginventarisir kejadian-kejadian yang melatarbelakangi pendirian organisasi tersebut. Juga tentunya dilengkapi dengan tanggal dan kejadian.

Tanggal dan kejadian atau momen yang perlu diketahui peserta didik bisa dijadikan sebagai tugas pelacakan sejarah dengan menggunakan garis waktu atau tabel waktu.

Sekali lagi karena tidak ada batasan akan imajinasi atau kreativitas siswa maka jika di dapatkan bentuk lainnya selain garis dan tabel waktu tetap kita apresiasi. Hal tersebut sebagai bagian dari inovasi dasar yang dilakukan oleh siswa. Karena tidak hanya temuan dalam pelacakan sejarah suatu peristiwa yang menjadi wewenang sepenuhnya dari peserta didik akan tetapi juga tampilan dari showcase yang dibuat siswa juga ada di dalamnya.

Sehingga baik kejadian atau momen yang tertulis di dalam garis waktu atau tabel waktu karya siswa, berdasarkan literatur yang diupayakan oleh siswa sendiri. Kemudian bentuk penyajian juga murni imajinasi serta kreatifitas mereka juga.

Langkah berikutnya, guna mempertanggungjawabkan hasil temuan dari Historical Tracking siswa, mereka diminta mempresentasikan temuan dalam bentuk presentasi pleno. Sehingga ada interaksi atau diskusi di dalamnya. Lebih dari itu, siswa juga bisa mengetahui jawaban siswa lain yang bisa di compare-kan dengan milik sendiri.

Terakhir adalah, siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka namun terarah. Pertanyaan yang tidak memberikan batasan imajinasi siswa sehingga siswa mampu menjawab dengan jawaban yang kritis serta memberikan solusi versi siswa.

Dengan demikian siswa tidak hanya melakukan pelacakan sejarah. Lebih dari itu ada kompetisi di dalamnya, serta ada nilai estetika juga yang mengiringinnya. Selain itu juga, hasil karya yang menarik, bisa menjadi salah satu daya tarik untuk memancing pemahaman dan melakukan aktivitas.

Pada akhirnya kita sampai pada kesimpulan seperti apa yang telah dikatakan oleh John Dalberg dalm memandang akan ilmu sejarah, bahwa sejarah bukanlah beban ingatan melainkan penerangan jiwa.

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *